BEBERAPA waktu belakangan, tiba-tiba Khlorokuin menjadi trending topik di tengah kekhawatiran akan meluasnya wabah Covid-19. Ketika dikemukakan bahwa obat yang selama ini dikenal sebagai antimalaria ini bisa menjadi terapi bagi penderita Covid-19, tiba-tiba saja masyarakat melakukan aksi borong. Mereka berharap dengan menyediakan khlorokuin di rumah,maka akan dapat melakukan pengobatan sendiri terhadap penyakit yang oleh WHO telah dinyatakan sebagai pandemi global yang berasal dari Wuhan, Tiongkok ini. Benarkah sinyalamen itu?
Yuk ikuti perbincangan saya dengan Drs Julian Afferino Taruna Vijaya, MS, Apt, seorang farmakolog yang juga CEO Pharmacare Consulting. Alumni Fakultas Farmasi UGM dan mengambil S2 nya di bidang Clincal Laboratory, di UTMB Texas, Amerika Serikat ini menaruh perhatian besar terhadap wabah yang kini juga dihadapi di Indonesia ini.
Tresnawati (Tn) : Apa sebenarnya Khlorokuin ini dan bagaimana karakternya di dalam tubuh?
Julian Afferino (JAT) : Quinine merupakan molekul induk dari hydhrochloroquine dan chloroquine. Chloroquine terikat 60 persen dengan protein plasma dan diekskresikan melalui ginjal dan feses. Setelah pemberian, klorokuin dengan cepat di de alkilasi melalui enzim sitokrom P-450 (CYP) menjadi desethylchloroquine dan bisdesethylchlroquine, masing-masing mencapai 4 persen dan 10 persen dari konsentrasi klorokuin. Konsentrasi chloroquine dan desethylchloroquine menurun secara perlahan, dengan waktu paruh eliminasi 20 hingga 60 hari. Baik obat induk dan metabolit dapat dideteksi dalam urin berbulan bulan setelah dosis tunggal.
Tn : bagaimana mekanisme kerja khlorokuin sebagai antimalaria?
JAT : Mekanisme kerja khlorokuin dalam melumpuhkan parasit malaria adalah dengan mengganggu proses pencernaan haemoglobin oleh parasit malaria dengan cara mengadakan interaksi dengan hematin atau menghambat pembentukan hemozoin yang merupakan bagian penting pertumbuhan parasit. Dengan terhambatnya pembentukan hemozoin maka akan mengakibatkan kematian bagi parasite malaria.
Tn : apakah sudah diketahui, bagaimana sesungguhnya mekanisme kerja khlorokuin dalam terapi Covid-19 ini?
JAT : mekanisme aksi khlorokuine dalam menghambat replikasi/perkembangan virus corona, terutama Covid-19 belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, khlorokuine selain sebagai antiparasit juga diketahui memiliki aksi sebagai modulator immune. Aksi khlorokuin sebagai modulator immune inilah yang tampaknya dapat dipertimbangkan sebagai benteng pertahanan tubuh terhadap infeksi Covid-19.
Tn : sejauh ini apakah sudah ada bukti klinis dalam pemakaian khlorokuin?
JAT : tidak ada bukti klinis yang kuat mengenai efektifitas khlorokuin terhadap Covid-19. Memang ada laporan bahwa penggunaan khlorokuine sebagai pendamping antivirus Remdesivir dapat mengurangi lama waktu inap di rumah sakit, akan tetapi masih diperlukan lebih banyak bukti untuk menyimpulkan hal ini. Karena beberapa pasien juga dinyatakan sembuh meskipun tanpa diberi terapi khlorokuin. Laporan yang didapat dari rumah sakit pemerintah Sungai Buloh, Malaysia, sebagaimana yang dirilis Dr Suresh Kumar adalah terapi dengan menggunakan Kaletra suatu kombinasi Lopinavir dengan Ritonavir (2 kali sehari) dan hydroxychloroquine 200 mg (2 kali sehari ) sebagai regimen awal terapi.
Selama ini khlorokuin digunakan sebagai obat antimalaria dan juga sebagai terapi untuk penyakit lupus dan Remathoid Arthritis (RA). FDA sudah sejak 1949 memberikan approval khlorokuin sebagai obat antimalaria.(bersambung)