BAGAIMANA negara-negara lain melakukan perawatan pasien pengidap Covid-19? Salah satu nya adalah Malaysia yang tingkat kematiannya hanya sebesar 1,67 persen. Sementara Vietnam mencatat angka kematian 0 dengan jumlah positive Covid-19 sebanyak 169 orang. Masih Bersama Drs Julian Afferino Taruna Vijaya, MS, Apt, kita simak penuturannya berikut ini.
Tn : bapak tadi menyebutkan, rumah sakit pemerintah Sungai Buloh,Malaysia telah merilis laporan, bagaimana mereka merawatpasien Covid-19 ini, dapatkan dijelaskan bagaimana mereka melakukannya, dan apa yang bisa dimanfaatkan oleh Indonesia dalam hal ini?
JAT : karena memang virus ini membahayakan bagi pasien lanjut usia, maka Dr Suresh Kumar kemudian merasa perlu merilis laporan bagaimana mereka melakukan perawatan terhadap pasien lanjut usia, sehingga mereka mampu melewati fase kritis dan sembuh dari penyakit tersebut.
Di rumah sakit tersebut, pasien lanjut usia dengan penyerta penyakit asma dilakukan terapi dengan menggunakan obat-obatan antivirus kaletra yang selama ini digunakan untuk pengobatan HIV. Mereka juga mempersiapkan peralatan untuk intubasi (memasukan selang hingga ke trakea). Pemeriksaan dan pemantauan laboratorium dilakukan, bahkan hingga mereka telah sembuh dan keluar dari rumah sakit. Pasien tetap dalam pemantauan hingga 2 minggu setelah ia keluar dari rumah sakit.
Tn : dalam sejumlah laporan disebutkan, Covid-19 akan menyebabkan fibrosis pada paru yang menyebabkan kinerja paru berkurang hingga 30 persen. Adakah penjelasan mengenai hal ini?
JAT : berdasarkan laporan yang dirilis oleh RS Sungai Buloh, Malaysia, tidak ditemukan adanya fibrosis paru pada penderita Covid-19 yang sudah sembuh dan melewati fase kritis. Pada saat infeksi memang menimbulkan kesan adanya kabut multifokal disekitar pembuluh darah besar di paru paru, sekitar vena pulmonalis, itu gambaran khas infeksi mikroorganisme ganas. Hanya itu saja yang ditemukan, tapi bukan fibrosis. Yang justru harus diwaspadai adalah myocarditis yang menetap, meski pasien telah dinyatakan sembuh dari Covid-19.
Tn : lalu apa yang sebenarnya terjadi, pada saat SARS-Cov-2 ini menginfeksi tubuh seseorang?
JAT : keyakinan ilmiah yang dibangun di atas postulat bahwa Covid-19 masuk ke tubuh manusia melalui saluran pernafasan dan kemudian menginfeksi paru-paru melalui ikatan spike-ACE2 (Angiotensin Converting Enzyme 2). Dengan begitu, Covid-19 dapat menekan ekspresi protein ACE-2. Ekspresi tersebut menyebabkan protein ACE-2 akan menurun jumlahnya. Menurunnya jumlah ACE-2 akan meningkatkan resiko cedera paru berat. Dalam laporan yang saya baca, sejauh ini tidak menyebutkan adanya fibrosis pada paru. Tetapi mungkin saja jaringan parut itu terjadi bila cedera paru cukup berat.
Tn : bagaimana peran khlorokuin disini?
JAT : khlorokuin dan juga hidroksiklorokuin juga dapat mengubah reseptor ACE-2 melalui mekanisme glikosilasi, sehingga diyakini mampu menghambat laju perkembangan Covid-19 ini. Namun hal ini akan semakin menekan ekspresi protein ACE-2. Keadaan ini dapat menyebabkan penderita SARS-Cov-2 jatuh ke fase kritis akibat semakin menurunnya kadar ACE-2, resiko cedera paru berat akan semakin meningkat.
Jadi pemberian khlorokuin pada kasus Covid-19 ini menurut hemat saya bukanlah pilihan yang tepat. Pesan saya, masyarakat jangan berbondong-bondong membeli dan mengkonsumsi khlorokuin tanpa petunjuk dari dokter, mengingat resiko dari efek samping yang cukup fatal.
Tn : dari berbagai penanganan Covid-19 di sejumlah negara, adakah negara yang paling bisa kita contoh penanganannya?
JAT : dalam pedoman penanganan penyakit menular, khususnya tuberkulosis di Australia dan Vietnam, disana pemerintahnya proaktif mencari penderita. Petugas akan mendatangi rumah-rumah penduduk yang dicurigai ada penderita tb disana. Mereka yang dicurigai akan diperiksa dan bila ternyata dinyatakan positif menderita tb, maka akan dikarantina dan dipisahkan dari keluarganya. Dalam proses karantina ini tidak ada yang berani melarikan diri karena sangsinya berat sekali. Penderita tb tidak diperkenankan berjalan di keramaian, seperti di mall misalnya, karena bila ia batuk, droplet akan melayang selama 5 jam di ruang ber AC. Kalau dihirup pengunjung yang lain akan terinfeksi kuman itu.
Di sanatorium di Vietnam, penderita tb hidup sangat sehat dan kondisi tubuh yang sangat bagus, karena dirawat dan diobati oleh negara dengan baik, hingga mereka dinyatakan sehat dan boleh kembali ke tengah masyarakat.
Begitu juga orang dengan Covid-19 apabila berada di ruang tertutup seperti mall, commuter line, bila batuk maka droplet akan melayang di udara. Sejak ditemukan kasus Covid-19 di Vietnam, negara itu langsung melakukan prosedur sebagaimana dilakukan terhadap tb. Itu lah makanya hingga 27 Maret lalu, mereka yang positif Covid-19 tercatat sebanyak 169 kasus dan zero kematian di Vietnam.(*)