JAKARTA-Sebuah penelitian melalui survey online yang dilakukan FK UI dan RS Cipto Mangunkusumo, mendapatkan bahwa ternyata keluhan yang dirasakan pada pasien GERD justru menjadi lebih ringan, saat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Keluhan dirasakan lebih ringan, bahkan sejak minggu pertama menjalani ibadah puasa Ramadhan. Oleh karena itu, penderita GERD tidak perlu ragu-ragu untuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan, sebab justru akan memperbaikin keluhan GERD-nya.
‘’GERD adalah penyakit asam lambung yang saat ini menjadi tren masyarakat modern. Hasil penelitian melalui survei online kami mendapatkan 50% responden mengalami GERD sesuai skoring kuisioner GERD (GERD-Q),’’ ungkap Prof Dr Ari Fahrial Syam, Dekan FK UI ketika dimintai pendapatnya mengenai pengaruh puasa Ramadhan pada penderita GERD.
Menurut Prof Syam, penelitian di populasi menunjukkan bahwa jumlah kasus penyakit GERD makin lama makin meningkat. Penelitian di beberapa Puskesmas di Jakarta mendapatkan angka kejadian GERD berkisar 3%. Pasien dengan GERD datang dengan keluhan utama rasa panas di dada seperti terbakar (heart burn) dan asam lambung yang naik ke atas (regurgitasi).
Berbagai faktor risiko diidentifikasi sebagai faktor yang dapat mencetuskan atau memperberat terjadinya GERD antara lain obesitas, kebiasaan merokok, kebiasaan meminum alkohol, konsumsi makanan mengandung coklat, keju dan berlemak, asam, pedas serta stres.
‘’GERD menjadi perhatian karena penyakit ini berhubungan dengan penurunan berbagai kualitas hidup pasien yang mengalaminya walau penyakit ini tidak akan menyebabkan kematian mendadak. Memang di awal gejala pasien yang menderita GERD mirip seperti pasien yang sedang mengalami serangan jantung. Penyakit GERD tidak akan menyebabkan komplikasi pada jantung. Kekhawatiran bahwa GERD akan menyebabkan komplikasi pada jantung ini adalah hal yang selalu mengganggu pikiran sebagian penderita GERD,’’ ungkap Prof Syam lebih lanjut.
Lebih lanjut dikemukakan, puasa Ramadan selama ini terbukti akan memperbaiki sakit maag seseorang. Dalam praktik sehari-hari, bahkan pada minggu pertama pasien sudah melaporkan bahwa keluhan maagnya membaik saat berpuasa. Beberapa alasan kenapa pasien dengan sakit maag akan membaik jika berpuasa Ramadan antara lain karena makannya menjadi teratur pada saat sahur dan berbuka, mengurangi camilan-camilan yang tidak sehat yang bisa saja dikonsumsi pada siang hari, mengurangi konsumsi rokok dan pengendalian diri.
‘’Secara teori mestinya pasien dengan GERD juga akan membaik keluhannya saat berpuasa Ramadan. Hal ini yang menjadi tujuan kenapa pasien GERD yang berobat di Poli Gastroenterologi RSCM diteliti pengaruh gejala penyakit GERDnya selama puasa Ramadan,’’ tuturnya.
Sebelum dilakukan survey online tersebut, telah dilakukan sebuah penelitian oleh peserta pendidikan dokter spesialis penyakit dalam FKUI-RSCM dengan judul penelitian ” Pengaruh Puasa Ramadhan terhadap Gejala Klinis Pasien Penyakit GERD “.
‘’Penelitian ini sendiri dilakukan pada Bulan Ramadan tahun lalu dengan peneliti Dr. Radhiyatam Mardhiyah di mana kebetulan saya menjadi salah satu pembimbing dalam penelitian Dr. Radhiyatam tersebut,’’ papar Prof Syam.
Penelitian ini melibatkan 130 orang pasien GERD yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok pasien dengan GERD yang berpuasa Ramadan dan kelompok GERD tidak berpuasa Ramadan. Mayoritas subjek penelitian adalah laki-laki dan median usia di kedua kelompok adalah 53 tahun.
‘’Kami memang tidak melibatkan pasien wanita yang masih produktif, yakni masih mengalami menstruasi,’’ jelasnya. Pasien yang menjadi subjek ini telah dilakukan endoskopi saluran cerna dan sebagian besar memang pasien dengan NERD yaitu suatu keadaan penyakit GERD yang tidak ditemukan luka pada klep antara kerongkongan dan lambung. Pada pasien yang menjadi subjek penelitian ini dilakukan pemeriksaan pada minggu ke-4 Ramadan dan dibandingkan tiga bulan setelah Ramadan.
Hasil penelitian mendapatkan bahwa pada kelompok pasien yang berpuasa Ramadan terdapat perubahan nilai GERD-Q. GERD-Q adalah suatu parameter untuk menilai ringan buruknya GERD. Jumlah pasien yang mengalami perubahan sebanyak 55 pasien atau mencapai 85%. Bahkan pada 23 % perubahan GERD yang terjadi dengan rentang yang cukup besar. Beberapa analisa lebih lanjut ternyata jumlah asupan rokok pasien selama berpuasa Ramadan berkurang dibandingkan saat tidak berpuasa. Pengaruh selisih waktu antara makan terakhir dengan tidur tidak ditemukan pada kedua kelompok baik pada penderita GERD saat berpuasa dan saat tidak berpuasa. Begitu pula tidak ada perbedaan antara selisih waktu antara makan terakhir dengan tidur pada kelompok puasa dan tidak puasa.
Perbedaan perbaikan gejala klinis GERD ini lebih meyakinkan bahwa pasien dengan GERD tetap diperbolehkan untuk berpuasa karena puasa Ramadan akan memperbaiki gejala GERD-nya.
Pada akhirnya penelitian ini berkesimpulan bahwa pasien GERD yang menjalani puasa Ramadhan keluhan GERD dirasakan lebih ringan saat berpuasa dibandingkan pada saat di luar puasa. Pasien GERD ini juga ternyata merasakan keluhan lebih ringan dibandingkan pasien GERD yang tidak berpuasa. ‘’Hasil penelitian ini menjadi angin segar buat penderita GERD untuk tidak ragu-ragu lagi menjalankan ibadah puasa Ramadan,’’ urai Prof Syam mengakhiri perbincangan.